▴REDAKSI▴ Kecam Trans7 Soal Lirboyo, GP Ansor Jatim Serukan Boikot
PW Ansor Jatim Anggap Narasi Trans7 Merendahkan Martabat Kiai dan Seluruh Komunitas Pesantren, Desak Permintaan Maaf Terbuka Resmi

Surabaya,14 September 2025 Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor (PW GP Ansor) Jawa Timur melayangkan kecaman keras terhadap stasiun televisi Trans7 terkait penayangan narasi yang dinilai merendahkan dan melecehkan martabat Kiai serta Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Ketua PW GP Ansor Jawa Timur, H. Musaffa Safril, menegaskan bahwa konten tersebut bukan sekadar menyinggung satu institusi, melainkan merupakan bentuk pelecehan serius terhadap seluruh komunitas pesantren dan santri di Indonesia.
“Pelecehan ini tidak hanya ditujukan kepada Lirboyo, tetapi juga kepada seluruh pesantren dan para kiai yang selama ini menjadi penjaga moral bangsa. Ini bentuk penghinaan terhadap simbol-simbol keilmuan dan kemuliaan pesantren,” tegas H. Musaffa Safril dalam keterangan persnya, Selasa (14/10).
Menyikapi hal ini, PW GP Ansor Jawa Timur mengeluarkan ultimatum kepada pihak Trans7. Mereka menuntut stasiun televisi tersebut segera menyampaikan permintaan maaf secara resmi, terbuka, dan langsung ditujukan kepada Pondok Pesantren Lirboyo serta masyarakat pesantren secara luas.
Ancaman Boikot Nasional
Jika tuntutan ini tidak diindahkan, GP Ansor Jatim mengancam akan mengambil langkah tegas.
“Kami menuntut permintaan maaf resmi dan terbuka dari pihak Trans7. Bila hal ini tidak segera dilakukan, kami menyerukan kepada masyarakat, terutama kalangan pesantren dan santri, untuk melakukan boikot terhadap seluruh tayangan Trans7 sebagai bentuk protes moral,” lanjutnya, mengindikasikan kemungkinan gerakan boikot di kalangan santri dan masyarakat luas.
PW GP Ansor Jawa Timur menilai media penyiaran seharusnya berfungsi sebagai sarana edukasi dan pembentukan karakter publik, alih-alih menjadi sumber provokasi dan pelecehan terhadap lembaga-lembaga keagamaan yang telah lama dihormati.
Oleh karena itu, selain ultimatum kepada Trans7, PW GP Ansor Jatim juga mendesak Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menindaklanjuti kasus ini dengan serius. Tujuannya adalah memastikan insiden serupa yang merendahkan simbol keagamaan tidak terulang lagi di masa mendatang.
“Kiai dan pesantren adalah benteng peradaban bangsa. Siapa pun yang melecehkannya berarti melecehkan jantung moral Indonesia,” pungkas H. Musaffa.
PW GP Ansor Jawa Timur meminta seluruh kader, santri, dan masyarakat untuk tetap tenang namun menunjukkan sikap tegas dalam menyikapi persoalan ini, serta menjaga marwah (kehormatan) pesantren dengan cara-cara yang beradab dan bermartabat.





